Di sudut tenang Museum Ostomi Indonesia, pada sebuah Rabu yang cerah di tanggal 10 September 2025, sesuatu yang ajaib sedang terangkai. Bukan hanya oleh benang wol yang berwarna-warni, tetapi oleh jalinan cerita, resiliense, dan senyum yang penuh arti. Di sana, kegiatan "Merajut Bersama Ostomate" menjadi lebih dari sekadar agenda—ia menjadi sebuah sanctuary, ruang aman di mana setiap tusukan jarum adalah sebuah kata, setiap helai benang adalah sebuah kalimat, dan setiap karya yang lahir adalah sebuah bab baru dalam buku perjalanan hidup. Sebuah Ruang Aman yang Terrajut dari Empati Dipandu oleh sosok yang penuh cahaya, Ibu Asriati, bersama tim volunter yang penuh dedikasi, ruang tersebut seketika berubah menjadi sebuah sanggar kehangatan. Ibu Asriati tidak hanya mengajarkan teknik; ia membagikan energinya, kesabarannya, dan keyakinannya bahwa setiap orang bisa mencipta keindahan. Di bawah bimbingannya, para peserta—yang terdiri dari ostomate, sahabat, dan pendamping setia—diajak untuk membuka tidak hanya bungkusan benang, tetapi juga lembaran hati mereka. Ini adalah misi utama dari kegiatan ini: menghadirkan ruang aman dan penuh inspirasi, sebuah tempat di mana pengalaman hidup bisa dibagikan tanpa judgement, di mana kekhawatiran bisa ditransformasi menjadi kekuatan, dan di mana kebersamaan menjadi obat yang paling manis. Setiap Tusukan Jarum, adalah Sebuah Cerita Hari itu dimulai pukul 10.00 WIB, diiringi oleh gemericik obrolan dan tawa yang bersahabat. Di atas meja, gulungan benang dalam berbagai palet warna—merah marun, biru langit, hijau zamrud, kuning mentari—seperti metafora dari berbagai emosi dan pengalaman hidup yang berbeda-beda, siap untuk ditenun menjadi satu kesatuan yang harmonis. Dalam kesunyian yang produktif dan obrolan yang berisik penuh semangat, para peserta menjelajahi perjalanan kreatif mereka: Memelajari Dasar Merajut: Sebuah Pelajaran Hidup. Bagi banyak peserta, memegang dua jarum rajut dan sehelai benang adalah pengalaman pertama. Ibu Asriati dengan telaten mengajarkan dari nol: bagaimana membuat slip knot, bagaimana memegang benang dengan nyaman, dan gerakan dasar knit dan purl. Proses ini mengajarkan lebih dari sekadar kerajinan;ia mengajarkan kesabaran, ketekunan, dan keyakinan bahwa segala sesuatu yang besar berawal dari satu langkah, atau dalam hal ini, satu tusukan kecil. Mengekspresikan Diri: Warna-Warni Jiwa di Ujung Jarum. Benang-benang itu kemudian menjadi kanvas. Setiap pilihan warna mencerminkan suasana hati; setiap pola yang dipilih (atau bahkan diciptakan sendiri) menjadi ekspresi dari kepribadian. Ada yang membuat syal sederhana, sapu tangan, atau serbet kecil. Setiap karya adalah unik, sebagaimana uniknya perjalanan setiap individu yang hadir. Menjalin Silaturahmi: Benang yang Menguatkan Hubungan. Suasana paling menghangatkan adalah ketika peserta saling membantu. "Ini salahnya di mana, ya?" tanya seorang peserta. "Aku bantu," sahut yang lain, dan seketika tercipta sebuah ikatan. Mereka berbagi tidak hanya tips merajut, tetapi juga cerita tentang tantangan dan kemenangan sehari-hari. Di sini, silaturahmi tidak hanya terjalin; ia dikuatkan oleh benang-benang empati yang tak terputus. Membangun Percaya Diri: Karya sebagai Bukti "Saya Bisa!". Momen paling membahagiakan adalah ketika seorang peserta berhasil menyelesaikan barisan pertamanya, atau melihat sebuah bentuk mulai terbentuk. Ada kebanggaan yang terpancar dari mata mereka. Aktivitas kreatif ini adalah pengingat yang powerful: "Saya masih mampu mencipta. Saya masih bisa menghasilkan sesuatu yang indah dan nyata." Ini adalah fondasi untuk membangun kembali kepercayaan diri yang mungkin sempat goyah. Melanjutkan Metafora Pertumbuhan: Dari Rajutan ke Hidroponik Seolah metafora tentang pertumbuhan dan kehidupan harus diteruskan, begitu kegiatan merajut usai, energi positif dialirkan ke aktivitas berikutnya: pemindahan benih hidroponik ke medianya. Jika merajut adalah tentang menciptakan kehangatan dari yang sederhana, maka bercocok tanam hidroponik adalah tentang memelihara kehidupan dan harapan. Para peserta dengan hati-hati memindahkan benih-benih kecil yang penuh potensi itu. Aktivitas ini paralel dengan perjalanan mereka—seperti benih yang membutuhkan medium, nutrisi, dan dukungan yang tepat untuk tumbuh, begitu pula manusia membutuhkan komunitas dan semangat untuk terus berkembang dan bersemi. Sebuah Karya yang Tak Pernah Benar-Benar Selesai Kegiatan "Merajut Bersama Ostomate" pada hari itu mungkin telah berakhir, tetapi karya yang dihasilkan tidak akan pernah benar-benar selesai. Setiap syal yang nantinya dipakai, setiap serbet yang digunakan, akan membawa serta cerita tentang hari itu—tentang kebersamaan, tentang perjuangan, dan tentang keindahan yang lahir dari ketekunan. Acara ini membuktikan bahwa komunitas adalah selimut terhangat yang bisa kita rajut bersama. Dan di bawah panduan Ibu Asriati dan tim, Museum Ostomi Indonesia sekali lagi menjadi bukan hanya tempat untuk mengenang, tetapi juga tempat untuk merajut masa depan yang penuh warna, cerita, dan tentu saja, kehangatan yang tak terungkai oleh kata-kata.
Updated: 01 Oct 2025
Baca lebih lanjutTAMAN SARI PERSADA, 31 Agustus 2025 – Udara pagi yang sejuk dan sinar matahari yang cerah menyambut semangat para peserta kegiatan “Senam Ceria Ostomate & Lansia” yang digelar di Perumahan Taman Sari Persada, Minggu (31/8/2025). Kegiatan yang berlangsung tepat di dekat Museum Ostomi Indonesia ini pun mulai dipadati peserta sejak pukul 07.00 WIB. Acara yang bertujuan mempromosikan hidup sehat dan solidaritas ini berhasil menarik perhatian berbagai kalangan. Tercatat, para Ostomate (orang yang telah menjalani operasi ostomi), Lansia dari sekitar perumahan, dan Sahabat Ostomate (keluarga dan pendamping) turut serta memeriahkan event pagi itu. Dengan diiringi alunan musik yang energik, seluruh peserta dengan antusias mengikuti setiap gerakan senam yang dipandu oleh instruktur. Gerakan-gerakan ringan dan menyenangkan sengaja dirancang untuk sesuai dengan semua tingkat kemampuan fisik, menciptakan atmosfer kebersamaan yang hangat dan penuh tawa. Kegiatan senam ini bukan hanya tentang menjaga kebugaran jasmani, tetapi juga tentang memperkuat mental dan menjalin silaturahmi. Usai menyegarkan tubuh dengan senam, acara dilanjutkan dengan sesi edukatif yang sangat penting. Para peserta kemudian dipersilakan untuk mendengarkan pengenalan mengenai Museum Ostomi Indonesia yang disampaikan langsung oleh Manager Museum, Bapak Tomi Abas, S.Kep., WOC(ET)N. Dengan pemaparan yang jelas dan informatif, Tomi Abas menjelaskan mengenai peran, koleksi, dan misi museum sebagai pusat edukasi dan sumber dukungan bagi para ostomate dan masyarakat umum. Latar belakangnya sebagai seorang Perawat Wound, Ostomy, and Continence pun menambah kedalaman dan kredibilitas materi yang disampaikan. Antusiasme peserta semakin terpacu usai penyuluhan tersebut, yang langsung ditindaklanjuti dengan kunjungan ke dalam Museum Ostomi Indonesia. Dipandu oleh tim museum, para peserta berkesempatan untuk melihat langsung berbagai diorama, alat-alat ostomi, dan panel informasi yang mengisahkan perjalanan hidup serta ketangguhan para ostomate. Bagi banyak peserta, terutama para lansia, momen ini menjadi pengalaman pertama yang sangat membuka wawasan mereka. Kegiatan ini diharapkan dapat terus menginspirasi banyak pihak. Melalui event semacam ini, diharapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan dukungan terhadap para ostomate dapat meningkat, sekaligus menegaskan bahwa dengan dukungan yang tepat, setiap individu dapat hidup dengan penuh semangat dan berkualitas.
Updated: 04 Sep 2025
Baca lebih lanjutBogor, 20 Agustus 2025 – Suasana ceria dan penuh semangat menyelimuti Museum Ostomi Indonesia pada Rabu pagi. Museum yang berlokasi di Perumahan Taman Sari Persada Blok H1 No.6, Cibadak, Tanah Sareal, Bogor, ini menjadi saksi sebuah kegiatan yang tidak hanya memanen sayuran, tetapi juga memanen kebahagiaan, harapan, dan semangat hidup bagi para penyintas ostomi (ostomate). Kegiatan panen perdana tanaman hidroponik ini dihadiri secara khusus oleh komunitas Ostomate InOA (Indonesia Ostomy Association) Bogor. Acara ini merupakan puncak dari proses panjang merawat dan membesarkan tanaman yang dilakukan secara bersama-sama, sekaligus menjadi simbol dari pertumbuhan dan kehidupan baru yang senantiasa diperjuangkan oleh setiap ostomate. Acara dibuka secara resmi oleh Manager Museum Ostomi Indonesia, Ns. Tomi Abas, S.Kep., WOC(ET)N. Dalam sambutannya, Tomi menekankan pentingnya terapi hortikultura bagi kesehatan mental dan fisik. “Bercocok tanam, merawatnya dengan sabar, dan akhirnya memanen hasilnya adalah sebuah metafora yang indah bagi perjalanan hidup kita, khususnya para ostomate. Kegiatan ini melatih kesabaran, memberi rasa tanggung jawab, dan yang paling utama, memberikan kepuasan batin yang luar biasa,” ujarnya. Selanjutnya, Ibu Sri Widayati, Pembina Yayasan WOCare Indonesia, memberikan sambutan yang menginspirasi. Beliau menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas inisiatif dan konsistensi komunitas InOA Bogor. “Museum Ostomi hadir bukan hanya sebagai tempat edukasi, tetapi juga sebagai rumah kedua bagi para ostomate. Setiap kegiatan yang dilakukan di sini, seperti hidroponik ini, adalah bagian dari proses healing dan penguatan untuk menunjukkan bahwa hidup sebagai ostomate tetap bisa produktif dan penuh warna,” tutur Sri Widayati. Sebelum memasuki momen inti panen, Ketua InOA Bogor Bapak Mumuh munadju melakukan evaluasi terhadap seluruh tanaman hidroponik yang telah ditanam beberapa minggu sebelumnya. Dengan teliti, beliau memeriksa kualitas tanaman, sistem irigasi, dan memberikan arahan untuk perawatan ke depannya. Evaluasi ini sekaligus menjadi momen edukasi bagi para anggota untuk terus meningkatkan kualitas budidaya mereka. Usai evaluasi, tibalah momen yang paling ditunggu-tunggu: panen bersama. Dengan riang gembira, para ostomate memetik daun selada, kangkung, dan sayuran hijau lainnya yang tumbuh subur dalam sistem hidroponik. Tawa dan canda mewarnai proses panen, mencerminkan kebersamaan dan kegembiraan yang mereka rasakan. Hasil panen yang segar dan organik tersebut kemudian dibagikan kepada para peserta untuk dinikmati bersama keluarga di rumah. Namun, semangat untuk terus tumbuh tidak berhenti pada panen saja. Seusai memanen, kegiatan dilanjutkan dengan menanam bibit kembali. Para ostomate dengan penuh antusiasme menyiapkan rockwool, menanam benih, dan merapihkannya kembali di rak hidroponik. Aktivitas ini menandakan sebuah siklus kehidupan yang berkelanjutan—setelah menuai hasil dari kerja keras, maka disiapkan lagi generasi baru untuk masa depan yang lebih baik. Kegiatan panen hidroponik ini bukan sekadar aktivitas bercocok tanam biasa. Ini adalah sebuah terapi, sebuah wadah silaturahmi, dan bukti nyata bahwa dengan dukungan, semangat, dan lingkungan yang positif, setiap individu, termasuk ostomate, dapat terus berkarya dan menikmati kehidupan yang berkualitas. Museum Ostomi Indonesia sekali lagi membuktikan komitmennya sebagai pusat edukasi dan pemberdayaan yang menyentuh hati dan menginspirasi tindakan. Museum Ostomi Indonesia adalah museum pertama dan satu-satunya di Indonesia yang didedikasikan untuk edukasi tentang ostomi dan perawatan luka. Berdiri di bawah naungan Yayasan WOCare Indonesia, museum ini menjadi pusat informasi, konsultasi, dan komunitas bagi para ostomate dan tenaga kesehatan di Indonesia.
Updated: 27 Aug 2025
Baca lebih lanjutMuseum Ostomi Indonesia yang berlokasi di Perumahan Taman Sari Persada Blok H1 No. 6 kembali mengadakan kegiatan Jalan Sehat "Peduli Kaki Sehat" untuk yang kedua kalinya pada Rabu, 16 Juli 2025. Acara ini diikuti oleh para ostomate (individu yang telah menjalani operasi ostomi) beserta sahabat ostomate, serta masyarakat umum yang peduli terhadap kesehatan. Kegiatan ini diselenggarakan bersama KISS (Komunitas Kaki Sehat Se-Indonesia) dan WOCare Center Bogor, sebagai bentuk komitmen untuk terus mendukung kesehatan dan kualitas hidup para ostomate. Rute dan Pelaksanaan Jalan Sehat Seperti edisi sebelumnya, jalan sehat dimulai dari kantor InOA (Indonesian Ostomy Association), kemudian melewati rute menuju Gerbang Taman Sari Persada, dan kembali finis di kantor InOA. Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan kaki, tetapi juga memperkuat ikatan sosial antara ostomate, keluarga, dan masyarakat. Bagi para ostomate, aktivitas fisik seperti jalan sehat sangat bermanfaat untuk memperlancar sirkulasi darah dan menjaga kebugaran tubuh. Selain itu, acara ini menjadi wadah silaturahmi dan saling memberi motivasi antar sesama ostomate. Antusiasme Peserta dan Dukungan Komunitas Meskipun dilaksanakan pada hari kerja, antusiasme peserta tetap tinggi. Tak hanya ostomate, banyak sahabat ostomate (keluarga, relawan, dan masyarakat umum) yang turut serta mendukung acara ini. Kegiatan Rutin untuk Kesehatan dan Solidaritas Mengusung semangat "Kaki Sehat, Hidup Lebih Berkualitas", kegiatan ini Insya Allah akan menjadi agenda rutin Museum Ostomi Indonesia. Harapannya, semakin banyak pihak yang terinspirasi untuk turut serta dalam gerakan peduli kesehatan ostomate dan masyarakat luas. Kegiatan Jalan Sehat "Peduli Kaki Sehat" ke-2 ini membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukan penghalang untuk tetap aktif dan produktif. Dengan dukungan komunitas seperti KISS dan WOCare Center Bogor, para ostomate dapat terus bersemangat menjalani hidup sehat. "Bersama kita kuat, bersama kita peduli!" Mari dukung terus kegiatan positif ini untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan peduli kesehatan!
Updated: 24 Jul 2025
Baca lebih lanjutBogor, 23 Juli 2025 – Dalam upaya mendukung kelestarian lingkungan dan pemberdayaan komunitas, Museum Ostomi Indonesia menyelenggarakan pelatihan pembuatan eco enzyme dan sabun berbahan alami pada hari Rabu (23/7/2025). Kegiatan ini dihadiri oleh anggota Komunitas Ostomate InOA Kota Bogor, yang antusias mempelajari cara mengolah sampah organik menjadi produk bernilai guna. Semangat Kolaborasi untuk Lingkungan yang Lebih Hijau Acara dibuka oleh Manager Operasional Museum Ostomi Indonesia Tomi abas.S.kep., WOC (ET)N, yang dalam sambutannya menekankan pentingnya peran komunitas dalam mengurangi limbah rumah tangga. "Kegiatan ini bukan sekadar pelatihan, tapi langkah nyata untuk mengubah pola pikir kita dalam mengelola sampah. Eco enzyme adalah solusi sederhana dengan manfaat besar, baik untuk kesehatan maupun lingkungan," ujarnya. Materi Inspiratif dari Narasumber Ahli Peserta kemudian diajak menyimak pemaparan mendalam oleh Aang Hudaya, praktisi eco enzyme yang telah berkecimpung dalam pengolahan limbah organik. Dalam materinya, bapak Aang menjelaskan: Manfaat eco enzyme: Cairan serbaguna hasil fermentasi sampah organik (kulit buah, sayuran) yang bisa digunakan sebagai pembersih alami, pupuk tanaman, hingga pengendali hama. Dampak lingkungan: Mengurangi timbunan sampah di TPA sekaligus menekan penggunaan bahan kimia berbahaya. Keterlibatan komunitas ostomate: "Kawan-kawan ostomate bisa menjadi pionir dalam gerakan zero waste, sekaligus menciptakan peluang usaha dari produk ramah lingkungan," tambah Aang. Praktik Langsung: Dari Sampah Jadi Berkah Usai teori, peserta langsung mempraktikkan pembuatan eco enzyme dengan bahan sederhana: Sampah organik (kulit jeruk, nanas, atau pepaya). Gula merah/molase sebagai sumber karbon. Air dengan perbandingan 1:3:10. Campuran difermentasi selama 3 bulan, dan hasilnya bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan rumah tangga. Tak hanya eco enzyme, peserta juga diajarkan membuat sabun alami dari minyak jelantah dan soda api, yang aman untuk kulit sensitif. "Ternyata limbah dapur bisa jadi sabun yang bagus! Ini sangat bermanfaat untuk kami yang perlu perawatan khusus," ujar Siti, salah satu peserta. Antusiasme Peserta dan Rencana Tindak Lanjut Kegiatan berlangsung interaktif, dengan peserta aktif bertanya tentang pengembangan produk hingga strategi pemasaran. Museum Ostomi Indonesia berencana menjadikan pelatihan ini sebagai program rutin, bahkan berkolaborasi dengan komunitas lain untuk memperluas dampak positifnya. "Kami berharap pelatihan ini memicu gerakan mandiri di tingkat rumah tangga. Setiap tetes eco enzyme yang dibuat hari ini adalah kontribusi untuk bumi yang lebih sehat," pungkas perwakilan museum. Tutup dengan Aksi Nyata Acara ditutup dengan foto bersama dan pembagian starter kit buat peserta, serta rencana tindak lanjut berupa pendampingan bagi peserta yang ingin mengembangkan produk eco enzyme secara berkelanjutan. Dengan semangat "Satu Langkah Kecil untuk Lingkungan, Satu Lompatan Besar untuk Masa Depan", Museum Ostomi Indonesia dan Komunitas Ostomate InOA Bogor membuktikan bahwa kolaborasi bisa menciptakan perubahan nyata.
Updated: 24 Jul 2025
Baca lebih lanjutBogor, 27-28 Juni 2025 – Suasana penuh semangat dan kebersamaan mewarnai Ostomate Gathering dalam rangkaian acara Stoma Care Week 2025 yang diselenggarakan di IPB Convention Center Botani, Bogor. Acara yang digagas oleh Yayasan WoCare Indonesia ini menjadi wadah bagi para ostomate (pengguna kantong stoma) dari Komunitas InOA Kota Bogor untuk berbagi inspirasi, edukasi, dan hiburan, sekaligus memperkuat dukungan bagi sesama pejuang stoma. Hari Pertama: Pembukaan Meriah dan Peresmian Museum Ostomi Indonesia Kegiatan Ostomate Gathering dibuka pada pukul 10.00 WIB dengan line dance ceria yang langsung memompa semangat peserta. Tak kalah seru, penampilan band yang personelnya merupakan ostomate berhasil membawa energi positif, membuktikan bahwa hidup dengan stoma tak menghalangi semangat berkarya. Puncak acara tiba pada pukul 13.00 WIB, ketika Walikota Bogor, Bapak Dedie Rachim, beserta Ibu Walikota secara resmi membuka Stoma Care Week 2025 sekaligus meresmikan Museum Ostomi Indonesia – sebuah terobosan bersejarah bagi komunitas ostomate di Tanah Air. Museum ini, yang difasilitasi oleh Yayasan WoCare Indonesia, menjadi pusat edukasi dan pengingat akan perjalanan panjang perawatan stoma di Indonesia. Tak hanya itu, launching Travel Card untuk Ostomate turut menjadi sorotan. Kartu ini dirancang untuk memudahkan perjalanan para ostomate dengan akses fasilitas kesehatan dan kebutuhan khusus selama di perjalanan. Usai pembukaan, Bapak Walikota dan rombongan mengunjungi booth-booth pameran serta menyaksikan langsung koleksi di Museum Ostomi Indonesia. Dalam kunjungannya, beliau turut memberikan donasi untuk operasional museum dan penyediaan kantong stoma gratis bagi ostomate kurang mampu – sebuah bentuk kepedulian nyata pemerintah terhadap kesejahteraan penyandang stoma. Edukasi, Hiburan, dan Antusiasme Tinggi Setelah pejabat kota berpamitan, acara Ostomate Gathering berlanjut dengan sesi edukasi dari Student ETNEP (Enterostomal Therapy Nursing Education Program), yang memberikan pemahaman mendalam tentang perawatan stoma. Peserta sangat antusias menyimak materi, menunjukkan tingginya kebutuhan akan informasi kesehatan yang akurat. Hari pertama ditutup dengan penampilan hiburan dan lomba yang diikuti para ostomate. Tawa dan keceriaan mengisi ruangan, membuktikan bahwa kebahagiaan dan semangat hidup tak pernah padam oleh kondisi fisik. Hari Kedua: Games Seru dan Harapan untuk Masa Depan Kegiatan hari kedua kembali dimulai dengan line dance dan berbagai games menarik, seperti game hadiah rumah tangga dan pohon uang. Setiap peserta berkesempatan membawa pulang hadiah, menambah keseruan acara. Antusiasme ostomate tak pernah surut. Mereka berharap acara seperti ini terus berlanjut di tahun-tahun mendatang, tidak hanya sebagai ajang silaturahmi, tetapi juga sebagai pengingat bahwa mereka tidak sendirian dalam perjuangan ini. Penutup: Kolaborasi untuk Masa Depan yang Lebih Baik Stoma Care Week 2025 dan Ostomate Gathering telah membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah akhir dari segalanya. Dengan dukungan dari pemerintah, tenaga kesehatan (nakes), komunitas, dan yayasan seperti WoCare Indonesia, para ostomate dapat terus hidup berkualitas dan penuh makna. "Bersama, kita kuat. Bersama, kita berbagi. Bersama, kita menginspirasi." Mari terus dukung dan berikan yang terbaik untuk para pejuang stoma! #StomaCareWeek2025 #OstomateGathering #WoCareIndonesia #MuseumOstomiIndonesia
Updated: 11 Jul 2025
Baca lebih lanjutMuseum Ostomate Indonesia didirikan pada 25 Maret 2024 dengan tujuan menghilangkan stigma negatif di masyarakat terhadap ostomate. Kurangnya informasi yang mudah diakses sering kali menyebabkan kesalahpahaman bahwa seseorang dengan stoma memiliki kondisi yang menular, berbau, atau mengganggu kenyamanan sekitar. Stigma ini berdampak pada kualitas hidup ostomate, terutama dalam aspek psikologis, sosial, dan emosional. Misi Kami 1. Mengumpulkan, melestarikan, dan memamerkan koleksi barang-barang terkait ostomi untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang kondisi stoma. 2. Menyediakan informasi yang akurat dan terkini tentang ostomi agar pasien dan keluarga mereka lebih memahami kondisi ini. 3. Mengembangkan program edukasi dan penelitian untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang ostomi. 4. Membangun jaringan dengan komunitas ostomate di seluruh dunia guna memperkuat dukungan dan berbagi pengalaman. 5. Menyediakan dukungan dan bantuan bagi pasien ostomate dan keluarga mereka untuk meningkatkan kualitas hidup. Program dan Dukungan yang Kami Sediakan • Edukasi: Menyediakan informasi medis mengenai prosedur stoma serta perawatan sebelum dan sesudah operasi. • Bantuan Kantong Stoma: Memberikan kantong stoma bagi ostomate yang membutuhkan, terutama bagi mereka yang kurang mampu. • Penyuluhan: Mengedukasi masyarakat untuk mengurangi stigma terhadap ostomate dan meningkatkan empati sosial. • Dukungan Psikologis: Menyediakan ruang yang mendukung kesehatan mental bagi ostomate dan keluarganya. • Aksesibilitas: Menawarkan informasi yang mudah diakses, baik secara fisik maupun digital. • Dukungan Sesama Ostomate: Menghubungkan ostomate satu sama lain untuk berbagi pengalaman, dorongan, dan dukungan moral. Upaya Menurunkan Kejadian Kanker Kolorektal Kanker kolorektal dapat dicegah dan dikelola melalui berbagai upaya yang mencakup pendekatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menekan angka kejadian kanker kolon serta mengurangi kebutuhan pembuatan stoma pada pasien. 1. Upaya Promotif (Edukasi dan Peningkatan Kesadaran) Tujuan: Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai faktor risiko serta pentingnya gaya hidup sehat untuk mencegah kanker kolon Edukasi Pola Makan Sehat 1. Mengonsumsi makanan tinggi serat seperti sayuran hijau, buah-buahan, dan biji-bijian untuk memperlancar pencernaan dan mengurangi risiko kanker. 2. Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan konsumsi daging merah berlebihan yang dapat meningkatkan inflamasi pada usus. 3. Memperbanyak makanan kaya antioksidan seperti tomat, wortel, dan teh hijau untuk menangkal radikal bebas. 4. Memenuhi kebutuhan kalsium dan vitamin D yang dapat melindungi sel usus dari perubahan abnormal. Menerapkan Gaya Hidup Sehat 1. Berolahraga rutin minimal 30 menit sehari untuk meningkatkan metabolisme dan mengurangi risiko obesitas. 2. Menghindari rokok dan alkohol yang dapat merusak DNA sel usus dan memicu pertumbuhan kanker. 3. Mengelola stres dengan meditasi, yoga, atau aktivitas relaksasi lainnya untuk menjaga keseimbangan hormonal tubuh. Edukasi Faktor Risiko dan Pencegahan 1. Penyuluhan tentang faktor genetik yang berperan dalam kanker kolon serta pentingnya deteksi dini bagi individu dengan riwayat keluarga penderita kanker kolon. 2. Mempromosikan pola BAB yang sehat, termasuk kebiasaan tidak menahan buang air besar dan menjaga keteraturan pencernaan. 2. Upaya Preventif (Pencegahan Dini dan Deteksi Dini) Tujuan: Mencegah perkembangan kanker kolon sebelum muncul gejala berat. Skrining dan Deteksi Dini 1. Tes darah samar pada feses (FOBT/FIT) setiap tahun untuk mendeteksi keberadaan darah dalam tinja yang bisa menjadi tanda awal kanker kolon. 2. Kolonoskopi setiap 10 tahun bagi individu di atas 50 tahun atau lebih sering jika memiliki riwayat keluarga dengan kanker kolon. 3. Sigmoidoskopi fleksibel setiap 5 tahun untuk mendeteksi polip atau kelainan di bagian bawah kolon. 4. Tes genetik bagi individu dengan riwayat keluarga sindrom Lynch atau poliposis adenomatosa familial (FAP). Modifikasi Gaya Hidup untuk Pencegahan 1. Menjaga berat badan ideal untuk mengurangi risiko peradangan kronis pada usus. 2. Mengonsumsi probiotik seperti yogurt dan kefir guna menjaga keseimbangan mikrobiota usus. 3. Menghindari zat karsinogenik seperti makanan olahan dan makanan yang diawetkan dengan nitrat atau pengawet buatan. Vaksinasi dan Pengobatan Penyakit Penyerta 1. Vaksinasi Hepatitis B untuk mengurangi risiko kanker gastrointestinal. 2. Mengontrol penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, atau sindrom metabolik yang dapat meningkatkan risiko kanker kolon. 3. Upaya Kuratif (Pengobatan untuk Mencegah Kebutuhan Stoma) Tujuan: Mengobati kanker kolon sebelum berkembang lebih lanjut dan mencegah pembuatan stoma. Pilihan Pengobatan Tanpa Stoma 1. Operasi laparoskopi atau robotik yang lebih minim invasif serta memungkinkan penyambungan kembali usus setelah pengangkatan tumor. 2. Kemoterapi neoadjuvan sebelum operasi untuk mengecilkan tumor sehingga pengangkatan usus dapat diminimalkan. 3. Radioterapi untuk mengecilkan ukuran tumor sebelum operasi atau membunuh sisa sel kanker pasca operasi. 4. Terapi target (monoklonal antibody) yang lebih spesifik menyerang sel kanker tanpa merusak jaringan sehat. 5. Imunoterapi untuk membantu sistem kekebalan tubuh melawan kanker lebih efektif. Manajemen Komplikasi untuk Mencegah Stoma 1. Perbaikan kebocoran anastomosis menggunakan teknik medis guna mencegah kebocoran usus yang dapat menyebabkan kebutuhan stoma. 2. Pengelolaan infeksi melalui pemberian antibiotik dan pemantauan ketat setelah operasi. 3. Terapi suportif untuk mengurangi efek samping kemoterapi dan radioterapi sehingga pasien dapat tetap menjalani pengobatan tanpa operasi besar. 4. Upaya Rehabilitatif (Pemulihan Pasca Pengobatan dan Pencegahan Kanker Kembali) Tujuan: Memastikan pasien dapat menjalani hidup normal tanpa komplikasi atau kekambuhan. Pemulihan Fungsi Pencernaan 1. Diet bertahap pascaoperasi, mulai dari makanan lunak hingga makanan padat dengan porsi kecil agar usus beradaptasi. 2. Konsumsi probiotik dan prebiotik untuk membantu regenerasi mikrobiota usus setelah operasi atau kemoterapi. 3. Terapi diet khusus bagi pasien dengan gangguan pencernaan pasca operasi agar tetap mendapatkan nutrisi yang cukup. Fisioterapi dan Terapi Okupasi 1. Pelatihan kembali fungsi usus untuk mengembalikan pola buang air besar yang normal. 2. Terapi fisik bagi pasien yang mengalami kelemahan otot setelah perawatan kanker. 3. Dukungan psikologis untuk membantu pasien mengatasi kecemasan dan trauma pascakanker. Pemeriksaan Berkala untuk Mencegah Kekambuhan 1. Kolonoskopi ulang setiap 3-5 tahun untuk memantau kemungkinan munculnya polip atau tumor baru. 2. Tes CEA (Carcinoembryonic Antigen) untuk mendeteksi tanda-tanda awal kekambuhan kanker kolon. 3. Pemeriksaan radiologi (CT Scan/MRI) secara berkala untuk melihat kemungkinan penyebaran kanker ke organ lain. 5. Upaya Paliatif (Perawatan untuk Pasien Stadium Lanjut) Tujuan: Meningkatkan kualitas hidup pasien dengan kanker kolon stadium lanjut atau yang tidak dapat disembuhkan. Manajemen Nyeri dan Gejala 1. Pemberian analgesik (opioid/non-opioid) untuk mengatasi nyeri akibat kanker atau komplikasi penyakit. 2. Terapi nutrisi agar pasien tetap mendapatkan asupan gizi meskipun mengalami gangguan pencernaan. 3. Terapi psikososial untuk memberikan dukungan mental bagi pasien dan keluarganya. Pendekatan Multidisiplin untuk Pasien Terminal 1. Hospice care bagi pasien dengan harapan hidup terbatas agar mendapatkan perawatan yang nyaman. 2. Pendampingan spiritual sesuai kepercayaan pasien untuk membantu mereka menghadapi kondisi dengan tenang. 3. Dukungan keluarga, termasuk edukasi mengenai cara merawat pasien di rumah serta memberikan dukungan emosional.
Updated: 09 Jul 2025
Baca lebih lanjutBogor, 22 Mei 2025 – Museum Ostomi Indonesia kembali menunjukkan dedikasinya dalam memberdayakan para ostomate (pengguna kantong ostomi) melalui kegiatan pelatihan hidroponik yang inspiratif. Acara kolaboratif bersama Komunitas Ostomate INOA Bogor ini sukses digelar dengan antusiasme tinggi dari peserta se-Jabodetabek, sekaligus menegaskan bahwa ostomi bukan penghalang untuk beraktivitas produktif. Pembukaan Penuh Makna oleh Para Pemangku Kepentingan Kegiatan dibuka dengan sambutan hangat dari Ns. Eviyanti Nurmalasari, Manager PT Pohon Bidara Medika, yang mengapresiasi semangat peserta untuk terus belajar. "Hidroponik bukan hanya sekadar bercocok tanam, tapi juga terapi yang menyenangkan sekaligus menyehatkan," ujarnya. Selanjutnya, Ibu Sri Widayati, Penasihat Yayasan WOCare Indonesia, menekankan pentingnya kemandirian dan dukungan komunitas bagi ostomate. "Kegiatan seperti ini membuktikan bahwa bersama-sama, kita bisa menciptakan peluang dan inovasi," tuturnya. Hidroponik Praktis oleh Ostomate, untuk Ostomate Sesi inti acara dipandu oleh Bapak Mumuh Munadji, seorang ostomate yang sekaligus ahli hidroponik. Dengan gaya mengajar yang interaktif, Pak Mumuh membagikan ilmu mulai dari: Penyemaian bibit menggunakan media rockwool. Pembuatan instalasi hidroponik, termasuk pemotongan baja ringan dengan gerinda dan perakitan menggunakan bor. Yang menakjubkan, berkat kolaborasi tim yang solid, seluruh proses—dari persiapan hingga instalasi siap pakai—hanya membutuhkan 6 jam! Peserta pun terlihat antusias mencoba setiap tahapan, membuktikan bahwa keterampilan teknis bisa dikuasai oleh siapa pun, termasuk ostomate. Dukungan Metcovazin: Komitmen untuk Kualitas Hidup Ostomate Acara ini terselenggara berkat dukungan dari Metcovazin, perusahaan yang konsisten mendukung inisiatif peningkatan kualitas hidup ostomate. "Kami sangat berterima kasih atas kontribusi Metcovazin. Dukungan seperti ini sangat berarti bagi keberlanjutan program-program edukatif kami," ujar perwakilan Museum Ostomi Indonesia. Tidak Hanya Berkebun, Tapi juga Memanen Manfaat Selain keterampilan baru, peserta membawa pulang semangat kebersamaan dan keyakinan bahwa mereka bisa tetap produktif. Banyak yang berencana menerapkan hidroponik di rumah, baik untuk hobi maupun sumber pangan sehat. "Senang bisa belajar hal baru sekaligus bertemu teman-teman yang menginspirasi," kata salah satu peserta. Tentang Museum Ostomi Indonesia Sebagai pusat edukasi ostomi pertama di Indonesia, museum ini aktif menyelenggarakan pelatihan, diskusi, dan kegiatan pendukung untuk meningkatkan kemandirian ostomate. Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dunia usaha seperti Metcovazin, menjadi kunci keberhasilan program-programnya. "Mari terus berkarya—karena setiap keterbatasan bisa ditaklukkan dengan semangat dan dukungan!"
Updated: 08 Jul 2025
Baca lebih lanjutPada Kamis, 20 Maret 2025, Museum Ostomi Indonesia mengadakan Focus Group Discussion (FGD) secara virtual melalui platform Zoom. Kegiatan ini difokuskan pada pasien colostomi, dengan tujuan membahas pentingnya gizi dan pola makan dalam mendukung kesehatan dan kualitas hidup mereka. Dengan membatasi peserta hanya 10 orang, FGD ini dirancang agar lebih interaktif dan mendalam, sehingga setiap peserta dapat berbagi pengalaman dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang topik yang dibahas. Tujuan FGD: Membangun Kesadaran tentang Gizi dan Pola Makan FGD kali ini mengangkat tema pentingnya gizi dan pola makan bagi pasien colostomi. Tujuannya adalah untuk menggali informasi tentang bagaimana pola makan yang tepat dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental pasien, serta meningkatkan kualitas hidup mereka. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi wadah bagi para ostomate (pasien colostomi) untuk berbagi pengalaman langsung tentang tantangan dan solusi yang mereka hadapi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Narasumber dan Moderator Berpengalaman Kegiatan ini dipandu oleh moderator, Tomi Abas, S.Kep., WOC(ET)N yang juga seorang stoma nurse, yang memiliki pengalaman luas dalam perawatan pasien ostomi. Sebagai pembicara, hadir Guru Besar di bidang perawatan luka stoma dan inkontinensia, Ibu Widasari Sri Gitarja, S.Kp., MM., MARS., WOC(ET)N, yang juga merupakan pemilik Yayasan WOCARE Indonesia. Beliau membagikan pengetahuan mendalam tentang perawatan stoma, asupan nutrisi pada colostomy dan pentingnya pendekatan holistik dalam mendukung pasien colostomi. Selain itu, Riza Iska Juwita, S.Gz, ahli gizi dari Staff Diklat WOCare Center Bogor, turut memberikan pemaparan tentang pola makan yang sesuai untuk pasien colostomi. Dengan penjelasan yang komprehensif, peserta diajak untuk memahami bagaimana nutrisi yang tepat dapat membantu mengoptimalkan pemulihan dan menjaga kesehatan jangka panjang. Interaksi Langsung dan Berbagi Pengalaman Salah satu keunggulan FGD ini adalah kesempatan bagi peserta untuk berinteraksi langsung dengan para ahli dan sesama ostomate. Melalui diskusi interaktif, peserta dapat bertanya, berbagi pengalaman, dan mendapatkan solusi praktis terkait masalah yang mereka hadapi. Hal ini tidak hanya meningkatkan pemahaman tentang pentingnya gizi, tetapi juga membangun rasa solidaritas dan dukungan antar peserta. Program Rutin Museum Ostomi Indonesia Kegiatan FGD ini merupakan bagian dari program rutin Museum Ostomi Indonesia yang diadakan setiap bulannya. Melalui berbagai kegiatan edukatif seperti ini, museum berkomitmen untuk terus memberikan dukungan dan informasi yang bermanfaat bagi para ostomate dan keluarga mereka. Dengan menghadirkan narasumber yang ahli dan berpengalaman, Museum Ostomi Indonesia berharap dapat menjadi wadah yang inspiratif dan mendukung bagi komunitas ostomate di Indonesia. Penutup FGD yang diadakan pada 20 Maret 2025 ini menjadi bukti nyata komitmen Museum Ostomi Indonesia dalam meningkatkan kualitas hidup pasien colostomi. Melalui diskusi yang interaktif dan mendalam, peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru tentang gizi dan pola makan, tetapi juga merasakan dukungan dari komunitas yang peduli. Dengan semangat kolaborasi dan edukasi, Museum Ostomi Indonesia terus berupaya menjadi garda terdepan dalam mendukung kesehatan dan kesejahteraan para ostomate di tanah air.
Updated: 08 Jul 2025
Baca lebih lanjutPada hari Jumat, 28 Februari 2025, Museum Ostomi Indonesia yang berlokasi di Perumahan Taman Sari Persada Blok H1 No. 6, mengadakan kegiatan jalan sehat bertajuk "Peduli Kaki Sehat Bersama Ostomate". Acara ini diselenggarakan sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan kaki, khususnya bagi para ostomate (orang yang telah menjalani operasi ostomi) serta masyarakat umum. Kegiatan ini dilaksanakan bekerja sama dengan KISS (Komunitas Kaki Sehat Se-Indonesia) dan WOCare Center Bogor. Rute Jalan Sehat Jalan sehat dimulai dari kantor InOA (Indonesian Ostomy Association) dan melewati rute yang telah ditentukan, yaitu menuju Gerbang Taman Sari Persada, kemudian kembali ke kantor InOA sebagai titik finis. Rute ini dipilih untuk memberikan kesempatan kepada peserta menikmati suasana sekitar sambil berolahraga ringan. Panitia telah menyiapkan pos-pos kesehatan di sepanjang rute untuk memastikan keamanan dan kenyamanan peserta. Tujuan Kegiatan Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan kaki, terutama bagi para ostomate yang membutuhkan perhatian khusus dalam perawatan fisik. Selain itu, acara ini juga menjadi ajang silaturahmi antara para ostomate, anggota KISS, dan masyarakat umum. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang lebih peduli dan inklusif bagi para penyandang ostomi. Peserta Kegiatan Peserta jalan sehat terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari para ostomate, anggota KISS, relawan WOCare Center Bogor, hingga masyarakat umum yang tertarik untuk mendukung kegiatan ini. Dukungan dari Berbagai Pihak Kegiatan ini tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan dari berbagai pihak. Selain KISS dan WOCare Center Bogor, acara ini juga didukung oleh Metcovazin sebagai sponsor yang peduli terhadap kesehatan masyarakat. Panitia menyediakan air mineral, snack, bagi para peserta sebagai bentuk apresiasi atas partisipasi mereka. Harapan ke Depan Melalui kegiatan jalan sehat ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan kaki dan memberikan dukungan moril bagi para ostomate. Kegiatan serupa diharapkan dapat terus dilaksanakan secara rutin sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas hidup para ostomate dan masyarakat pada umumnya. Penutup Jalan sehat "Peduli Kaki Sehat" ini bukan hanya sekadar ajang olahraga, tetapi juga simbol solidaritas dan kepedulian terhadap sesama. Semoga kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bagi komunitas lain untuk terus berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Updated: 05 Mar 2025
Baca lebih lanjutPada hari Rabu, 19 Februari 2025, Museum Ostomate yang berlokasi di Perumahan Taman Sari Persada menjadi tempat penyelenggaraan kegiatan inspiratif berupa melukis bersama para ostomate. Acara ini diselenggarakan komunitanas ostomate InOA Yayasan Wocare Indonesia di bawah kepemimpinan Ibu Widasari Sri Gitarja, S.Kp., MM., MARS., WOC(ET)N. Kegiatan ini dihadiri oleh para ostomate, keluarga, serta stoma nurse, dan disiarkan secara langsung melalui platform Instagram dan TikTok untuk menjangkau lebih banyak audiens. Tujuan Kegiatan Kegiatan ini memiliki beberapa tujuan mulia, di antaranya: Meningkatkan Kesejahteraan Mental dan Emosional Secara Kreatif: Melalui kegiatan melukis, para ostomate diajak untuk mengekspresikan perasaan dan emosi mereka secara kreatif. Seni telah lama dikenal sebagai terapi yang efektif untuk mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental. Membangun Kembali Rasa Percaya Diri: Banyak ostomate yang mengalami penurunan rasa percaya diri akibat kondisi kesehatan mereka. Dengan berkarya bersama, mereka dapat merasakan pencapaian dan kebanggaan atas hasil karya mereka, yang pada akhirnya membantu memulihkan kepercayaan diri. Memperkuat Dukungan Sosial: Kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkuat ikatan sosial antar ostomate, keluarga, dan tenaga kesehatan. Dengan saling berbagi pengalaman dan dukungan, para ostomate diharapkan merasa lebih diterima dan didukung secara sosial. Meningkatkan Kualitas Hidup Ostomate: Secara keseluruhan, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup para ostomate dengan memberikan mereka sarana untuk mengekspresikan diri, bersosialisasi, dan merasa lebih baik secara mental dan emosional. Kegiatan dimulai dengan sambutan hangat dari Ibu Widasari Sri Gitarja, yang menyampaikan pentingnya dukungan mental dan sosial bagi para ostomate. Setelah itu, para peserta diajak untuk mulai melukis dengan bimbingan dari instruktur seni yang berpengalaman. Berbagai warna dan kanvas disediakan, memungkinkan setiap peserta untuk mengekspresikan diri mereka secara bebas. Di sela-sela kegiatan, para ostomate dan panitia melaksanakan sholat Zuhur berjamaah. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada penghalang bagi para ostomate untuk tetap menjalankan ibadah mereka, sekaligus menegaskan pentingnya keseimbangan antara kesehatan fisik, mental, dan spiritual. Untuk memperluas dampak positif dari kegiatan ini, acara disiarkan secara langsung melalui Instagram sahabat ostomate, wocare center dan TikTok. Hal ini tidak hanya memungkinkan lebih banyak orang untuk menyaksikan kegiatan tersebut, tetapi juga memberikan inspirasi dan dukungan kepada ostomate lain yang mungkin tidak dapat hadir secara fisik. Kegiatan melukis bersama ostomate ini merupakan bukti nyata dari komitmen Yayasan WOCare Indonesia dan InOA wocere Bogor dalam meningkatkan kualitas hidup para ostomate. Melalui seni, dukungan sosial, dan ibadah, para peserta diajak untuk merasakan kebahagiaan dan kepuasan yang lebih besar dalam hidup mereka. Semoga kegiatan seperti ini dapat terus dilaksanakan dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi komunitas ostomate di Indonesia. #OstomateBersatu #KesehatanMental #SeniUntukSemua #WOCareIndonesia #perawatanstoma #sahabatostomate
Updated: 21 Feb 2025
Baca lebih lanjutSalam sehat untuk sahabat ostomy semua, kami dari InOA (Indonesian Ostomy Association ) Bogor di bawah naungan Wocare center, Insya Allah akan mulai mendirikan museum ostomate, yang mana nantinya bertujuan untuk Membangun kesadaran dan pengertian tentang ostomi, meningkatkan kualitas hidup ostomate, Menghormati dan mengenang perjuangan pasien ostomate dengan menyediakan ruang untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan serta Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perawatan ostomi yang tepat, untuk mengurangi stigma dan meningkatkan kualitas hidup pasien. 1. Setiap pasien ostomate memiliki cerita yang unik dan berharga. Mari kita simpan dan bagikan cerita-cerita tersebut untuk inspirasi dan edukasi. 2. Museum ostomate bukan hanya tentang menyimpan barang-barang, tapi tentang menyimpan harapan dan inspirasi untuk pasien ostomate di seluruh dunia. 3. Dengan mendirikan museum ostomate, kita dapat membantu pasien ostomate merasa tidak sendirian dan memiliki komunitas yang mendukung. Salam sehat, mohon doanya bapak/ibu para ostomate semua, semoga fasilitas ini bisa bermanfaat buat semua. Terimakasih #stoma #kolostomi #wocare #inoabogor
Updated: 06 Feb 2025
Baca lebih lanjut